Sang Maha Proses


ayo semangat, kawan..
hidup ini pilihan..
walau kita nggak punya pilihan..

itu sepenggal lirik dari lagu teman yang judulnya Roman Abrahamovic. lalu saya terpikir untuk sedikit meluaskan obrolan tadi siang dengan siluman pipi. Beliau bertanya tentang tawaran S2 dari seseorang, apakah harus diambilnya atau tidak. ya, banyak dari kita dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang kadang membutuhkan orang lain untuk memberikan saran. mulai dari hal remeh-temeh tentang memilih baju yang mana untuk kencan dengan gebetan atau pacar, sampai hal teramat besar mengenai pilihan orientasi seksual atau hendak memilih akan memeluk agama apa dan menyembah Tuhan yang mana.

saya tidak hendak membicarakan tentang free will, karena saya bukan salah satu orang yang percaya akan itu. saya lebih percaya bahwa semua, ya, semua yang kita pilih dan lakukan itu sebenar-benarnya sudah ada yang menuliskan. kita, sebagai 'boneka', tinggal menjalankan skenario dari Sang Maha Sutradara. lantas, jika semuanya memang sudah dituliskan, kenapa Dia masih memberikan kita pilihan-pilihan? andaipun kita menemukan jawabanNya, bisa dipastikan kita tidak akan berhenti bertanya kenapa, kenapa dan kenapa. bukankah pertanyaan "kenapa?" itu bisa dihentikan dengan kalimat seperti; "kenapa tidak? Aku Sang Maha Kuasa."

pertanyaan "kenapa?" bukan saja keluar atas dasar pilihan-pilihan itu. tapi, saat kita mendapatkan skenario yang sangat amat tak sesuai dengan keinginan diri sendiri, pertanyaan itu juga muncul. saya pun kadang masih dihadapkan dengan pertanyaan "kenapa?", tapi semenjak mengetahui ada jawaban "kenapa tidak?", saya memutuskan untuk berhenti bertanya dan menerima segala kehendakNya. asal Dia tidak marah, apalagi murka. na'udzubillah. 

saya sangat percaya bahwa Dia memberikan pilihan itu untuk memfungsikan akal dan hati kita yang sudah diberikanNya melebihi makhluk-makhluk yang lain. kita diberikan  kemampuan untuk berpikir dan menimbang segala sesuatu. mana yang baik, mana yang buruk. mana yang pantas, mana yang tidak. hal-hal semacam itu lah. karena memang dunia ini diciptakan dengan keseimbangan, kan? siang-malam, surga-neraka, malaikat-iblis. kita manusia, hanya tinggal memilih untuk melangkahkan kaki ke arah mana. dengan cara apa kita memilih? ya, dua hal itu tadi, akal dan hati.

nantinya pilihan kita akan berdampak seperti apa, sudah tentu kita tak memiliki pengetahuan atas itu. kita hanya bisa menerka-nerka. pilihan apapun yang kita pilih, ya, memang seperti itu garisnya. kalaupun ada dua atau lebih variabel yang membuat kita bingung menentukan pilihan, itu hanya sebagai distraksi untuk berproses. sebanyak apapun distraksi yang ada di hadapan, ujungnya, ya, kita tetap memilih yang sesuai KehendakNya. misalkan nantinya kita beranggapan bahwa itu adalah pilihan yang salah, saya bilang, bukan, itu bukan salah pilih. itu hanya CaraNya untuk membuat kita belajar tentang hal baru. ikhlas, mungkin? atau ikhtiyar untuk sesuatu yang lebih baik? coba pikirkan dan rasakan efek setelah terjadi kasus 'salah pilih'. ada banyak hal yang bisa kita pelajari, bukan? seperti pada bahasa pemrograman, IF TRUE dan IF FALSE. saat berproses dan memilih IF TRUE, kita tinggal melanjutkan ke proses selanjutnya. dan saat berproses dan memilih IF FALSE, ya, tinggal balik ke titik awal, mempelajari 'kesalahan' untuk berproses lagi. jika kamu merasa lelah dan malas dengan proses, berhentilah jadi manusia. berdo'alah, memohon agar kamu diubah menjadi pupuk urea atau raket nyamuk. Adam AS saja, untuk menjadi Khalifah Fil Ardl harus diusir dari Surga. Ibrahim AS? Yusuf AS? Yunus AS? Kanjeng Nabi SAW? ada, Para KekasihNya yang tidak berproses? terus, kamu mau yang instan, cling!, begitu? kamu pikir Kun Fayakuun itu tanpa melalui proses? semprul.

oh, iya.. saya sampai berpikir bahwa sebenarnya variabel 'salah' itu tidak ada. itu hanya akal-akalan manusia untuk sesuatu yang mereka tidak sependapat atau tak sesuai kehendak egonya. rasa-rasanya, kok, tidak masuk akal Sang Maha Benar menciptakan sesuatu yang 'salah'. bagaimana jika diganti saja variabel 'salah' dengan 'kemampuan memaknai setiap keadaan dan pengalaman'? toh, kita bukan komputer.
dan jangan pernah merasa seandainya pilihanmu itu menyangkut hajat hidup orang banyak, berarti kamu memiliki tanggung jawab lebih. tidak ada tanggung jawab lebih, yang ada hanya tanggung jawab sesuai kadarnya. Dia mencipta sesuatu tidak kurang dan tidak lebih, seimbang. seperti yang sudah saya tulis di atas. jika keputusanmu pada akhirnya menyangkut suatu hal yang lebih besar atau luas, ya, memang kadar tanggung jawabmu seperti itu. kamu dipercaya olehNya untuk memiliki tanggung jawab sebesar kemampuanmu, dan sudah pasti kadar tiap orang berbeda. kamu pikir Dia bodoh untuk menyerahkan tanggung jawab mahasiswa kepada anak SD? omong kosong macam apa. saat kamu merasa lebih dari orang lain, anggap saja itu adalah titik di mana Surga diharamkan untukmu sampai Dia mengampunimu. manusia sombong.


Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad.

Comments