HujanMU Beraroma Rindu



aku menghirup dalam-dalam petrichor, beraroma rindu. akhirnya tanah ini basah. sejenak ku tundukkan kepala, mengucap hamdalah. tak lupa menyapa Mikail yang dengan amat patuh menjalankan tugasnya. terima kasih.

entah sudah berapa lama tanah ini dibiarkan mengering. selokan yang normalnya basah pun, tampak seperti hamparan padang pasir, kerontang. rasa-rasanya ia seperti berteriak, "Tuhan, apalah guna jika KAU biarkan aku mengering? bukan aku tak ikhlas SunnatullahMU, tapi, aku hanya ingin terlihat seperti lazimku."

gerombolan nyamuk tak henti berkeliling di sekitar kepalaku, mereka seperti berpesta. pesta darahku kah? atau tetesan air langit kah? sambil sesekali mengusir agar mereka tak menghisapku, ku tengadahkan kepala, merah, seperti sebuah peringatan tak kasat mata. daun-daun di depanku terlihat khusyuk. aku menjadi makmumnya, yang meng-aamiin-kan setiap do'a. terdengar pula nyanyian tanah yang sanggup membuatmu mengharu biru. cacing, semut, tikus, bahkan kecoa, tak hentinya mengucap syukur dalam tiap napasnya. air sedang bercengkrama dengan gravitasi, layaknya sepasang musisi yang memainkan nada-nada harmoni.

aku seperti berada dalam orkestra alam raya. semoga kau pun sanggup menikmatinya, selagi bisa.


Allah, Tiada Tuhan Selain DIA.

Comments